Cari Blog Ini

Minggu, 28 Februari 2010

itu buatku lalai, itu tidak

ampuni aku Tuhan jika hatiku perlahan mulai keras, kotor, dan menghitam
dunia membuatku lalai
kadang kulebih memilih bergumul dengan orang2 miskin yang mengingatkan sholat
daripada berbaur dengan tuan nyonya kaya penenggak pil dunia
entah kenapa justru ditengah kesederhanaan yang kental,
kutemukan kehangatan rumah, kasih sayang, persaudaraan, dan tentu saja relijiusitas
ketenangan, kenyamanan, kedamaian, dan cinta yang begitu  membekas dihati
bukan pada kasur empuk, bukan
bukan pada sofa empuk, bukan
bukan pada sejuknya pendingin ruangan, sama sekali bukan

kesederhanaan memberikan banyak rasa
ditengah keremangan lampu neon di ruang keluarga
kehangatan itu begitu menjalari tubuhku
degup jantung yang gugup begitu terasa menyenangkan
memompa semangat, menyalakan pijar2 bintang dihatiku
ke'apa adanya'an menyuguhkan hidangan hati yang begitu lezat
menyentuh ke lubuk sanubari
keterbukaan, kejujuran, cerita2 masa lampau yang dituturkan
berkelebat dikepalaku bak pagelaran layar tancap

dia bukan ibuku, tapi kurasa ibu
dia bukan abangku, tapi kurasa abang
dia orang lain, tapi seperti saudara perempuan
tahun lalu mereka orang asing bagiku
tapi kini kurasa dekat
hubungan dari hati kehati memang punya caranya sendiri
untuk menawan hati seseorang

palembang,1mar2010

bahagia bergaransi

pak mario bertanya,
apa tujuan anda menikah:
karena dia senang bercanda, mendengarkan dan member supprot....ya
karena punya kesamaan hobi dan kebiasaan...ya
karena punya pikiran yang sama, visi misi sama....ya
anda menikah karena ingin menjadi tua bersama
maka bersahabatlah dengan pasangan anda
bersahabatlah dengan cara mengalah
mengalah untuk menang

pak mario bilang cara bahagia bergaransi adalah

mulailah lebih ikhlas dalam melakukan kebaikan
muliakan diri anda dengan berperilaku baik








sekeping hati

sekeping hati dibawa berlari
jauh melalui jalanan sepi
jalan kebenaran indah terbentang
di depan matamu para pejuang

tapi jalan kebenaran
tak akan selamanya sunyi
ada ujian yang datang melanda
ada perangkap menunggu mangsa

akan kuatkah kaki yang melangkah
bila disapa duri yang menanti
akan kaburkah mata yang menatap
pada debu yang pasti kan hinggap

berharap senang dalam berjuang
bagai merindu rembulan ditengah siang
jalannya tak seindah sentuhan mata
pangkalnya jauh ujungnya belum tiba

dipopulerkan oleh: saujana

Sabtu, 27 Februari 2010

pasan mande

garudo tabang ateh langik mak
turunlah gajah patah gadiang
manyasok lalu katapian
tampak nan dari bangkahulu

yo santiangnyo aka rangik mak
manyasok darah dalam dagiang
luko nan indak kanampakan
alah padiah sajo mangko tau

nan bak pasan mande
usah takuik nak di ombak gadang
riak nan tanang oi nak kanduang
mambaok karam

yo luko dek sambilu
cegak diubek nak nan jo piladang
kato malereang oi nak kanduang
bisonyo tajam

cipt.nuskan syarif

Kamis, 25 Februari 2010

bukan negri dongeng

ini dunia bukan negri dongeng. dunia memang tak seindah penampakannya. semakin beranjak dewasa, semakin melek dan ngeh dengan keadaan sekitar, tepatnya keadaan dalam rumah. kalau dulu usia kanak-kanak hingga remaja, kita hanya sibuk dengan dunia kita yang kebanyakan berwarna pelangi, tapi lihatlah sekarang, ketika pijar otak mulai menerang, maturasi bertumbuh seiring raga, ooooh kadang ada pula yang sedikit syok melihat kenyataan bahwa hidup sungguh berbeda dengan cerita dongeng yang indah itu.
bertambah umur berarti bertambah beban, masalah, cobaan, ujian, tentu disisi yang bersebrangan bertumbuh pula kekuatan kita. yah hidup memang sulit, tapi Tuhan selalu adil.

purnama itu milikMu

purnama itu milikMu Tuhan
samudera nan luas juga
gemintang yang kerlip mengaku
bentangan langit tak berujung tepi
semua dalam genggamanMu

maka temui aku Tuhan
seorang hamba hina tak berdaya
harusnya hamba berlari
tapi terlalu malu karena berkali terulang
salah dan khilaf yang sama

tapi hebatMu Tuhan
Kau tak pernah jemu maafkan
walau berulang sakiti hati
hamba berbadan punya laku
purnama memang hanya punyaMu

palembang,25feb2010

suara hati seorang jundi

salah satu prinsip jamaah yang paling terkenal adalah adanya ketaatan jamaah sebagai jundi kepada qiyadahnya. satu komando, satu suara, satu gerakan. sami'na wa ato'na. setiap muslim seharusnya adalah bagian dari jamaah. karena hanya dengan berjamaah kita akan kuat dan membangun kekuatan islam.
di indonesia banyak berkembang harokah2 dengan kekhasan ideologinya masing2. selama masih berkiblat pada satu Tuhan dan satu Rasul yaitu Muhammad SAW tentu hal itu bukan masalah dan tidak perlu menjadi masalah apalagi berkembang dan menajam menjadi kecenderungan untuk menilai diri lebih benar atau bahkan paling benar.
tapi memang begitulah yang kurasakan. secara tidak langsung, sengaja atau tidak, begitu kita masuk kedalam sebuah jamaah, pelan2 kita akan mulai tau bagaimana "warna" dan "rasa" mereka. hm...jamaah yang "sehat" adalah jamaah yang tidak berlebihan dan sombong mengatakan bahwa merekalah yang paling benar, yang paling sholeh (na'udzubillah). tapi yang sehat adalah yang memberikan pilihan kepada para kadernya ingin tetap disini, atau "jatuh hati" pada yang lain, mereka memang menginginkan komitmen, tidak ada dualisme, dan ketaatan KEPADA SISTEM bukan FIGUR. dan sungguh memang tidak pernah ada sebuah paksaanpun yang aku alami yang membuat aku "ilfeel" dan ingin menjauh dari jamaah ini. mereka menyampaikan dengan penuh logika dan tentu saja yang membuatku tetap lengket sampai sekarang bahwa pilihan itu disampaikan dengan hati. percayalah, setiap pesan yang disampaikan dari hati insya Allah akan sampai juga ke hati. dan siapa yang bisa menjamin bahwa itu adalah benar2 hubungan dari hati ke hati? tak lain dan tak bukan adalah si hati itu sendiri. tentu saja dengan catatan hati itu haruslah hati yang bersih, tidak dengki dan penuh prasangka kepada saudara seiman. 
lalu dalam sepak terjangnya tentu saja para "pendekarnya" dalam mengusung aspirasi jamaah (ummat) yang tertuang dalam ranah kongkrit, salah satunya berupa keterlibatan dalam parlemen, tidak lepas dari salah dan khilaf. lha wong pendekar juga manusia kok, rocker aja juga manusia, ya wajar2 aja kalo salah, lupa, sedikit emosi yang tidak jarang menimbulkan secercah underestimate (bener ga nih grammarnya?^^) bagi segolongan awam bahkan dari tubuh jamaah itu sendiri. tapi kami lagi2 dengan hati disampaikan bahwa hal itu wajar saja, mungkin mereka khilaf.
suhu politik dan halaqoh itu jauh berbeda. jika politik itu hitungan detik dan tidak jarang ekstrim, maka halaqoh jauh lebih lambat dan tenang, adem ayem aja gitu loh. lalu kami ber "ooo" ria sambil manggut2 tanda mengerti, atau dingerti2in dulu, ntar belakangan baru nanya lagi,hehe..
kami diajari untuk percaya (tsiqoh) kepada para petinggi kami sebagai bagian dari loyalitas kepada jamaah atau sistem, sekali lagi bukan figur semata.
lalu pertanyaannya, kenapa kami begitu loyal kepada sebuah sistem? jawabannya adalah apa2 yang menjadi pondasi dari bangunan jamaah itu, apa2 yang menjadi sendi2nya, apa2 yang mengaliri nadi2nya. lalu apakah sesuatu itu? ialah al islam tidak lain dan tidak bukan. quran dan sunnah yang suci, sistem pembibitan  yang sangat hati2 dan detail, setapak demi setapak membangun sosok2 bersyakhsyiah islamiah, yang menggunakan metode paling teruji keunggulannya sampai detik ini. terdiri dari kelompok2 kecil berhati bening, madrasah sederhana para pemburu ilmu, menautkan hati dan hati dengan kalimah illahi, bercermin azzam kepada salafusshalih yang begitu luhur; allahu ghoyatuna, rasul qudwatuna, al quran dusturuna, al jihad sibiluna, dan menuju final destination jannah yang agung dengan asma amanina. dan tahukah kau metode spektakuler ini telah dipraktekkan sejak 14 abad yang lampau dengan tangan dan lisannya, juga segenap sumber dayanya oleh baginda Rasul yang mulia. Allahu akbar. itulah inti dari kekuatan kami, ruh perjuangan kami, spirit dan ghiroh kami yang membuat kami tak mudah goyah dan berpindah ke lain hati. bukan pada figur, sekali lagi, tapi lebih kepada apa yang melandasi itu semua. semua itu begitu tertanam dalam benakku.
lalu apa2 yang menjadi buah dari pemikiran pendekar2 kami, walau tak sepenuhnya bersesuaian pada hati2 kami tetap kami yakini bahwa ada pertimbangan mendasar yang membuat diterbitkannya sebuah pernyataan sikap yang mewakili organisasi kami. itu yang kami yakini dan kami bela, bukan isi dan detail tiap baris kata perkatanya yang sangat mungkin ditafsirkan sangat beragam oleh khalayak.

Selasa, 23 Februari 2010

tes tertulis dan telpon

pagi ini aku ke kampus lagi untuk menjalani tes tertulis. soalnya berbentuk pilihan ganda dan hanya berjumlah 40 soal saja. tapiiii karena aku ga belajar banyak n udah pada banyak yang lupa, soal yang harusnya gampang berubah jadi susssahh banget. ya gimana hari ini tes, kemaren baru dikasih tau.mana banyakan materi semester awal lagi, hehhhhhh. yaudah akhirnya selesai juga tu soal dalam waktu 45 menit. aku udah bete aja, apa kata mereka nanti ya, katanya lulusan D4 tapi hasil ujiannya kok beginiii??? ckckck maluuu banget rasanya. nyesel juga kenapa semalem ga dibaca sampe habis bukunya? mana pake acara ngambek sama mama lagi gara2 sendal ilang, aku jadi kepikiran n bikin ga mood belajar. yah hasilnya jadi begini kalo aku ga bisa menekan egoku ya aku sendiri yang rugi, bukan orang lain! jadi sangsi bakal diterima untuk jadi dosen disana.
tapi tadi siang pas aku udah sampe rumah, ada telpon dari kampus, katanya aku diserahi tanggung jawab untuk mengajar 2 mata kuliah, untuk semester 2 dan 4 pada semester genap nanti, yang itu artinya bulan maret ini! aku kaget, apa artinya ini aku diterima untuk ngajar dan jadi dosen tetap disana? padahal baru tadi pagi aku di tes dan baru hari ini juga dikasih surat pengantar untuk menjalani psikotest di RS jiwa yang rencananya baru akan aku jalani besok pagi.Ya Allah, apa artinya aku udah diterima disana? semoga saja begitu....masih H2C (harap2 cemaz) ni....ya Allah jika ini yang terbaik untukku, mudahkanlah Robb...amiiin.

Sabtu, 20 Februari 2010

Orang yang paling di benci oleh Iblis

… SAAT IBLIS TERPAKSA BERTAMU KEPADA RASULULLAH SAW (dari Muadz bin Jabal dari Ibn Abbas)



Ketika kami sedang bersama Rasulullah SAW di kediaman seorang sahabat Anshar, tiba-tiba terdengar panggilan seseorang dari luar rumah: “Wahai penghuni rumah, bolehkah aku masuk? Sebab kalian akan membutuhkanku.”


Rasulullah bersabda: “Tahukah kalian siapa yang memanggil?”


Kami menjawab: “Allah dan rasulNya yang lebih tahu.”


Beliau melanjutkan, “Itu Iblis, laknat Allah bersamanya.”


Umar bin Khattab berkata: “Izinkan aku membunuhnya wahai Rasulullah”.


Nabi menahannya: “Sabar wahai Umar, bukankah kamu tahu bahwa Allah memberinya kesempatan hingga hari kiamat? Lebih baik bukakan pintu untuknya, sebab dia telah diperintahkan oleh Allah untuk ini, pahamilah apa yang hendak ia katakan dan dengarkan dengan baik.”


Ibnu Abbas RA berkata: pintu lalu dibuka, ternyata dia seperti seorang kakek yang cacat satu matanya. Di janggutnya terdapat 7 helai rambut seperti rambut kuda, taringnya terlihat seperti taring babi, bibirnya seperti bibir sapi.


Iblis berkata: “Salam untukmu Muhammad. Salam untukmu para hadirin…”


Rasulullah SAW lalu menjawab: “Salam hanya milik Allah SWT, sebagai mahluk terlaknat, apa keperluanmu?”


Iblis menjawab: “Wahai Muhammad, aku datang ke sini bukan atas kemauanku, namun karena terpaksa.”


“Siapa yang memaksamu?”


Seorang malaikat dari utusan Allah telah mendatangiku dan berkata:


“Allah SWT memerintahkanmu untuk mendatangi Muhammad sambil menundukkan diri. Beritahu Muhammad tentang caramu dalam menggoda manusia. Jawabalah dengan jujur semua pertanyaannya. Demi kebesaran Allah, andai kau berdusta satu kali saja, maka Allah akan jadikan dirimu debu yang ditiup angin.”


“Oleh karena itu aku sekarang mendatangimu. Tanyalah apa yang hendak kau tanyakan. Jika aku berdusta, aku akan dicaci oleh setiap musuhku. Tidak ada sesuatu pun yang paling besar menimpaku daripada cacian musuh.”


Orang Yang Dibenci Iblis


Rasulullah SAW lalu bertanya kepada Iblis: “Kalau kau benar jujur, siapakah manusia yang paling kau benci?”


Iblis segera menjawab: “Kamu, kamu dan orang sepertimu adalah mahkluk Allah yang paling aku benci.”


“Siapa selanjutnya?”


“Pemuda yang bertakwa yang memberikan dirinya mengabdi kepada Allah SWT.”


“lalu siapa lagi?”


“Orang Aliim dan wara’ (Loyal)”


“Lalu siapa lagi?”


“Orang yang selalu bersuci.”


“Siapa lagi?”


“Seorang fakir yang sabar dan tak pernah mengeluhkan kesulitannnya kepda orang lain.”


“Apa tanda kesabarannya?”


“Wahai Muhammad, jika ia tidak mengeluhkan kesulitannya kepada orang lain selama 3 hari, Allah akan memberi pahala orang -orang yang sabar.”


” Selanjutnya apa?”


“Orang kaya yang bersyukur.”


“Apa tanda kesyukurannya?”


“Ia mengambil kekayaannya dari tempatnya, dan mengeluarkannya juga dari tempatnya.”


“Orang seperti apa Abu Bakar menurutmu?”


“Ia tidak pernah menurutiku di masa jahiliyah, apalagi dalam Islam.”


“Umar bin Khattab?”


“Demi Allah setiap berjumpa dengannya aku pasti kabur.”


“Usman bin Affan?”


“Aku malu kepada orang yang malaikat pun malu kepadanya.”


“Ali bin Abi Thalib?”


“Aku berharap darinya agar kepalaku selamat, dan berharap ia melepaskanku dan aku melepaskannya. tetapi ia tak akan mau melakukan itu.” (Ali bin Abi Thalib selau berdzikir terhadap Allah SWT)


Amalan Yang Dapat Menyakiti Iblis


“Apa yang kau rasakan jika melihat seseorang dari umatku yang hendak shalat?”


“Aku merasa panas dingin dan gemetar.”


“Kenapa?”


“Sebab, setiap seorang hamba bersujud 1x kepada Allah, Allah mengangkatnya 1 derajat.”


“Jika seorang umatku berpuasa?”


“Tubuhku terasa terikat hingga ia berbuka.”


“Jika ia berhaji?”


“Aku seperti orang gila.”


“Jika ia membaca al-Quran?”


“Aku merasa meleleh laksana timah diatas api.”


“Jika ia bersedekah?”


“Itu sama saja orang tersebut membelah tubuhku dengan gergaji.”


“Mengapa bisa begitu?”


“Sebab dalam sedekah ada 4 keuntungan baginya. Yaitu keberkahan dalam hartanya, hidupnya disukai, sedekah itu kelak akan menjadi hijab antara dirinya dengan api neraka dan segala macam musibah akan terhalau dari dirinya.”


“Apa yang dapat mematahkan pinggangmu?”


“Suara kuda perang di jalan Allah.”


“Apa yang dapat melelehkan tubuhmu?”


“Taubat orang yang bertaubat.”


“Apa yang dapat membakar hatimu?”


“Istighfar di waktu siang dan malam.”


“Apa yang dapat mencoreng wajahmu?”


“Sedekah yang diam – diam.”


“Apa yang dapat menusuk matamu?”


“Shalat fajar.”


“Apa yang dapat memukul kepalamu?”


“Shalat berjamaah.”


“Apa yang paling mengganggumu?”


“Majelis para ulama.”


“Bagaimana cara makanmu?”


“Dengan tangan kiri dan jariku.”


“Dimanakah kau menaungi anak – anakmu di musim panas?”


“Di bawah kuku manusia.”


Manusia Yang Menjadi Teman Iblis


Nabi lalu bertanya : “Siapa temanmu wahai Iblis?”


“Pemakan riba.”


“Siapa sahabatmu?”


“Pezina.”


“Siapa teman tidurmu?”


“Pemabuk.”


“Siapa tamumu?”


“Pencuri.”


“Siapa utusanmu?”


“Tukang sihir.”


“Apa yang membuatmu gembira?”


“Bersumpah dengan cerai.”


“Siapa kekasihmu?”


“Orang yang meninggalkan shalat jumaat”


“Siapa manusia yang paling membahagiakanmu?”


“Orang yang meninggalkan shalatnya dengan sengaja.”


Iblis Tidak Berdaya Di hadapan Orang Yang Ikhlas


Rasulullah SAW lalu bersabda : “Segala puji bagi Allah yang telah membahagiakan umatku dan menyengsarakanmu.”


Iblis segera menimpali:


“Tidak,tidak.. tak akan ada kebahagiaan selama aku hidup hingga hari akhir.


Bagaimana kau bisa berbahagia dengan umatmu, sementara aku bisa masuk ke dalam aliran darah mereka dan mereka tak bisa melihatku. Demi yang menciptakan diriku dan memberikanku kesempatan hingga hari akhir, aku akan menyesatkan mereka semua. Baik yang bodoh, atau yang pintar, yang bisa membaca dan tidak bisa membaca, yang durjana dan yang shaleh, kecuali hamba Allah yang ikhlas.”


“Siapa orang yang ikhlas menurutmu?”


“Tidakkah kau tahu wahai Muhammad, bahwa barang siapa yang menyukai emas dan perak, ia bukan orang yang ikhlas. Jika kau lihat seseorang yang tidak menyukai dinar dan dirham, tidak suka pujian dan sanjunang, aku bisa pastikan bahwa ia orang yang ikhlas, maka aku meninggalkannya. Selama seorang hamba masih menyukai harta dan sanjungan dan hatinya selalu terikat dengan kesenangan dunia, ia sangat patuh padaku.”


Iblis Dibantu oleh 70.000 Anak-Anaknya


“Tahukah kamu Muhammad, bahwa aku mempunyai 70.000 anak. Dan setiap anak memiliki 70.000 syaithan.


Sebagian ada yang aku tugaskan untuk mengganggu ulama. Sebagian untuk menggangu anak – anak muda, sebagian untuk menganggu orang -orang tua, sebagian untuk menggangu wanta – wanita tua, sebagian anak -anakku juga aku tugaskan kepada para Zahid.


Aku punya anak yang suka mengencingi telinga manusia sehingga ia tidur pada shalat berjamaah. tanpanya, manusia tidak akan mengantuk pada waktu shalat berjamaah.


Aku punya anak yang suka menaburkan sesuatu di mata orang yang sedang mendengarkan ceramah ulama hingga mereka tertidur dan pahalanya terhapus.


Aku punya anak yang senang berada di lidah manusia, jika seseorang melakukan kebajikan lalu ia beberkan kepada manusia, maka 99% pahalanya akan terhapus.


Pada setiap seorang wanita yang berjalan, anakku dan syaithan duduk di pinggul dan pahanya, lalu menghiasinya agar setiap orang memandanginya.”


Syaithan juga berkata, “keluarkan tanganmu”, lalu ia mengeluarkan tangannya lalu syaithan pun menghiasi kukunya.


“Mereka, anak – anakku selalu meyusup dan berubah dari satu kondisi ke kondisi lainnya, dari satu pintu ke pintu yang lainnya untuk menggoda manusia hingga mereka terhempas dari keikhlasan mereka.


Akhirnya mereka menyembah Allah tanpa ikhlas, namun mereka tidak merasa.


Tahukah kamu, Muhammad? bahwa ada rahib yang telah beribadat kepada Allah selama 70 tahun. Setiap orang sakit yang didoakan olehnya, sembuh seketika. Aku terus menggodanya hingga ia berzina, membunuh dan kufur.”


Sumber : rileks.com


dia mencium bau surga


Di dalam sebuah hadits yang bersumber dari Abu Hurairah rhodiyallaahu ‘anhu, Rasululllah shollallaahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda, " Ada tujuh golongan orang yang mendapat naungan Allah pada hari tiada naungan selain dari naunganNya... diantaranya, seorang pemuda yang tumbuh dalam melakukan ketaatan kepada Allah."
Dan di dalam sebuah hadits shohih yang berasal dari Anas bin an-Nadhr rhodiyallaahu ‘anhu, ketika perang Uhud ia berkata,"Wah .... angin surga, sunguh aku telah mencium wangi surga yang berasal dari balik gunung Uhud."

Seorang Doktor bercerita kepadaku, " Pihak rumah sakit menghubungiku dan memberitahukan bahwa ada seorang pasien dalam keadaaan kritis sedang dirawat. Ketika aku sampai, ternyata pasien tersebut adalah seorang pemuda yang sudah meninggal - semoga Allah merahmatinya -. Lantas bagaimana detail kisah wafatnya. Setiap hari puluhan bahkan ribuan orang meninggal. Namun bagaimana keadaan mereka ketika wafat? Dan bagaimana pula dengan akhir hidupnya?

Pemuda ini terkena peluru nyasar, dengan segera kedua orang tuanya -semoga Allah membalas segala kebaikan mereka- melarikannya ke rumah sakit militer di Riyadh. Di tengah perjalanan, pemuda itu menoleh kepada ibu bapaknya dan sempat berbicara. Tetapi apa yang ia katakan? Apakah ia menjerit dan mengerang sakit? Atau menyuruh agar segera sampai ke rumah sakit? Ataukah ia marah dan jengkel ? Atau apa?

Orang tuanya mengisahkan bahwa anaknya tersebut mengatakan kepada mereka, ‘Jangan khawatir! Saya akan meninggal ... tenanglah ... sesungguhnya aku mencium wangi surga.!' Tidak hanya sampai di sini saja, bahkan ia mengulang-ulang kalimat tersebut di hadapan para dokter yang sedang merawat. Meskipun mereka berusaha berulang-ulang untuk menyelamatkannya, ia berkata kepada mereka, ‘Wahai saudara-saudara, aku akan mati, maka janganlah kalian menyusahkan diri sendiri... karena sekarang aku mencium wangi surga.'

Kemudian ia meminta kedua orang tuanya agar mendekat lalu mencium keduanya dan meminta maaf atas segala kesalahannya. Kemudian ia mengucapkan salam kepada saudara-saudaranya dan mengucapkan dua kalimat syahadat, ‘Asyhadu alla ilaha illallah wa asyhadu anna Muhammadar rasulullah' Ruhnya melayang kepada Sang Pencipta subhanahu wa ta'ala.

Allahu Akbar ... apa yang harus aku katakan dan apa yang harus aku komentari...Semua kalimat tidak mampu terucap ... dan pena telah kering di tangan... Aku tidak kuasa kecuali hanya mengulang dan mengingat Firman Allah subhanahu wa ta'ala, " Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan akhirat." (Ibrahim : 27)

Tidak ada yang perlu dikomentari lagi.

Ia melanjutkan kisahnya,
"Mereka membawa jenazah pemuda tersebut untuk dimandikan. Maka ia dimandikan oleh saudara Dhiya' di tempat pemandian mayat yang ada di rumah sakit tersebut. Petugas itu melihat beberapa keanehan yang terakhir. Sebagaimana yang telah ia ceritakan sesudah shalat Magrib pada hari yang sama.

1. Ia melihat dahinya berkeringat. Dalam sebuah hadits shahih Rasulullaah Shallallaahu ‘alahi wasallam bersabda, "Sesungguhnya seorang mukmin meninggal dengan dahi berkeringat". Ini merupakan tanda-tanda khusnul khatimah.
2. Ia katakan tangan jenazahnya lunak demikian juga pada persendiannya seakan-akan dia belum mati. Masih mempunyai panas badan yang belum pernah ia jumpai sebelumnya semenjak ia bertugas memandikan mayat. Pada tubuh orang yang sudah meninggal itu (biasanya-red) dingin, kering dan kaku.
3. Telapak tangan kanannya seperti seorang yang membaca tasyahud yang mengacungkan jari telunjuknya mengisyaratkan ketauhidan dan persaksiannya, sementara jari-jari yang lain ia genggam.

Subhanalllah ... Sungguh indah kematian seperti itu. Kita memohon semoga Allah subhanahu wa ta'ala menganugrahkan kita khusnul khatimah.

Saudara-saudara tercinta ... kisah belum selesai...
Saudara Dhiya' bertanya kepada salah seorang pamannya, apa yang ia lakukan semasa hidupnya? Tahukah anda apa jawabnya?
Apakah anda kira ia menghabiskan malamnya dengan berjalan-jalan di jalan raya?
Atau duduk di depan televisi untuk menyaksikan hal-hal yang terlarang? Atau ia tidur pulas hingga terluput mengerjakan shalat? Atau sedang meneguk khamr, narkoba dan rokok? Menurut anda apa yang telah ia kerjakan? Mengapa ia dapatkan husnul khatimah (insyaAllah -red) yang aku yakin bahwa saudara pembaca pun mengidam-ngidamkann ya; meninggal dengan mencium wangi surga.

Ayahnya berkata, "Ia selalu bangun dan melaksanakan shalat malam sesanggupnya. Ia juga membangunkan keluarga dan seisi rumah agar dapat melaksanakan shalat Shubuh berjama'ah. Ia gemar menghafal al-Qur'an dan termasuk salah seorang siswa yang berprestasi di SMU."

Aku katakan, "Maha benar Allah" yang berfirman (yang artinya-red)
"Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: ‘Rabb kami ialah Allah' kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan): ‘Janganlah kamu takut dan janganlah kamu merasa sedih; dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu.' Kamilah pelindungmu dalam kehidupan dunia dan di akhirat; di dalamnya kamu memperoleh apa yang kamu inginkan dan memperoleh (pula) di dalamnya apa yang kamu minta. Sebagai hidangan (bagimu) dari (Rabb) Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (Fhushilat:30- 32)

--------

Diambil dari : Serial Kisah Teladan Karya Muhammad bin Shalih Al-Qahthani, sebagaimana yang dinukil dari Qishash wa ‘Ibar karya Doktor Khalid al-Jabir 

kisah urang awak

Oleh M. Arif As-Salman

"Ya Allah andaikan ia jodoh hamba, mantapkanlah hati ini, teguhkanlah langkah ini, terangilah jalan ini dan permudah urusan ini…"

Ia sesenggukan. Nafasnya tidak teratur. Butiran-butiran bening menggenangi kedua pipinya. Doa itu kembali ia lantunkan untuk kesekian kalinya. Ia tak lagi sadar entah sudah berapa kali doa itu ia baca. Hatinya penuh harap, jiwanya bergetar hebat, perasaannya tak menentu. Dadanya mulai sesak. Matanya semakin basah. Ada getaran-getaran aneh yang ia rasakan dalam hatinya, inikah namanya cinta?

"Ah, begitu dahsyatkah rasanya. Sedang aku belum pernah melihatnya, aku hanya tahu namanya," lirihnya.

Namanya Faiz, lengkapnya Muhammad Faiz Hakiki asal dari Padang Panjang. Ia adalah mahasiswa tingkat IV Fakultas Ushuludin, Jurusan Hadits. Dulu temannya yang bernama Adi pernah menyarankannya jika ingin meminta sesuatu pada Allah, maka kuncinya adalah 222. Maksudnya, bangun jam dua malam, shalat dua rakaat dan mintalah pada Allah sembari kedua mata meneteskan air mata. Itulah saat yang tepat untuk mengadu pada Allah. Dan itu yang saat ini ia lakukan. Ia tengah dilanda ombak-ombak cinta. Ia tengah dimabuk pesona. Tapi ia tak ingin terjerat pada cinta hina. Ia ingin mereguk cinta suci, cinta murni yang akan mengantarkannya pada pengabdian hakiki pada Ilahi.

"Ya Allah, jika perasaan ini lahir dari syahwat maka buanglah perasaan menjijikkan itu dari hamba, seperti dibuangnya kotoran. Namun jika perasaan ini adalah kehendak-Mu maka mudahkanlah langkah ini, izinkahlah diri ini mereguk setetes dari samudera cinta-Mu yang suci..."

Ia terus berdoa, air matanya kian mengalir deras, hatinya bergemuruh, doa-doa syahdu terus ia dendangkan, semakin khusyuk, semakin hanyut, larut dan semakin dalam..

Ia tak mengerti kenapa nama gadis itu selalu muncul dalam pikirannya, setiap kali nama itu ia eja ada kedamaian yang ia rasakan, setiap kali nama itu ia lafazkan dalam istikharahnya, ada embun kesejukan yang jatuh di taman hatinya. Inikah pertanda rasa ini diridhai Allah?

Gadis itu belum pernah ia lihat. Gadis yang hanya ia kenal namanya -dalam masyarakat minang di Mesir, pergaulan sangat terjaga. Laki-laki hanya bisa tahu nama wanita saja, tapi tak pernah tahu siapa orangnya-.

Gadis Minang itu bernama Nurul Azizah. Gadis itu pernah menulis di salah satu rubrik Buletin Mitra Kesepakatan Mahasiswa Minang (KMM-Mesir). Dan tulisan gadis itulah yang membuatnya saat ini merasakan gejolak rasa yang begitu hebat. Ya. Umpama badai tsunami yang menggulung-gulung tinggi mendera hatinya. Baru kali ini semenjak di Mesir membaca sebuah tulisan yang begitu menggugah hatinya, menyentuh jiwanya dan membuatnya kagum luar biasa. Bismillah masya Allah. Adakah perasaan serupa dirasakan oleh pembaca-pembaca yang lain. Ia tidak tahu pasti. Apakah ia menyukai gadis itu karena tulisan yang mampu menginspirasi dan menggugah hatinya, ataukah karena memang jalan takdir tengah dibentangkan dihadapannya...?

***

Waktu menunjukkan pukul 04 pagi. Hawa dingin masih menyelimuti kota Kairo. Sebahagiaan orang-orang telah terbangun dari tidurnya. Bangun di penghujung malam, di saat musim dingin yang tengah berada di puncak-puncaknya memang membutuhkan kekuatan iman yang luar biasa. Iman yang tahan banting dalam segala musim. Iman yang tak mudah roboh diterjang badai nafsu, tidak berkurang dengan berkurangnya usia dan tidak berubah dengan berubahnya keadaan.

Terlihat di beberapa rumah lampu telah kembali menyala. Gadis itu masih khusyuk dalam shalatnya yang panjang. Kecintaan-Nya pada Sang Khalik membuatnya tidak tahan berlama-lama berada di atas kasur. Ketika malam telah melewati setengahnya, ia terbangun dari tidurnya. Begitulah kesehariannya, seorang hamba yang hatinya dipenuhi kerinduan pada Sang Pencipta.

Usai shalat ia membaca al-Qur`an. Suaranya begitu merdu. Bacaannya fasih, nyaris tak satu makhrajpun yang salah. Alam seolah ikut bertasbih dengannya. Hampir setiap malam ia berdiri dan sujud di hadapan Allah. Meninggalkan kasur yang empuk untuk bermunajat pada Allah. Begitulah keadaan orang-orang yang jujur dengan imannya pada Allah dan pada akhirat. Allah menggambarkan keadaan mereka dalam firman-Nya:

"Orang-orang yang beriman dengan ayat-ayat Kami, hanyalah orang-orang yang apabila diperingatkan dengannya (ayat-ayat Kami), mereka menyungkur sujud dan bertasbih serta memuji Tuhannya, dan mereka tidak menyombongkan diri. Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya, mereka berdoa kepada Tuhannya dengan rasa takut dan penuh harap..." (As-Sajdah[32] : 15-16)

Ialah Nurul Azizah, mahasiswi asal Padang, tingkat III Fakultas Syariah Islamiah. Gadis lembut dan keibuan yang tahun ini meraih nilai imtiyaz itu tak pernah meninggalkan shalat tahajud. Di saat itulah ia begitu merasakan kenikmatan bercinta dengan Allah, kenikmatan jiwa yang tiada tara, tak terbeli oleh apapun. Kedamaian di saat membaca ayat-ayat-Nya, ketentraman saat melafazkan asma-Nya. Cinta-Nya kepada Allah semakin bertambah. Kerinduannya berjumpa dengan Allah seolah tak lagi bisa ia tahan. Setiap kali ayat-ayat Allah ia lantunkan jiwanya bergetar hebat, ombak-ombak cinta dan rindu mengguncang hatinya, ia kadang tak tahan, ia menjerit, lalu ia menangis, "Ya Allah, berilah hamba kekuatan..."

Nurul Azizah selalu menebar pesona. Keberadaannya dimana saja memberi cahaya kebaikan. Kata-katanya mampu memberi ruh pada setiap jiwa yang mendengarkan. Keteduhan wajahnya memikat siapapun yang memandangnya. Akhlaknya menyejukkan hati. Kecantikannya pun diakui. Ia menyadari hal itu. Demi menjaga dirinya dan orang lain, ia memakai cadar. Entahlah, jika saja mata laki-laki melihat wajah bersih yang selalu bersinar terang itu, laki-laki itu akan jatuh hati seketika pada wajah yang selalu dibasahi dengan air wudhu dan genangan air mata di saat munajatnya pada Allah di malam hari.

***

Faiz masih ragu untuk melangkah. Ada deraan bisikan mengganggu pikirannya. Siapalah dirinya. Mahasiswa yang tidak begitu berprestasi. Apalagi setelah ia tahu siapa Nurul Azizah ia semakin sadar akan dirinya. Jika ia umpama bintang yang bersinar di malam hari maka Azizah adalah purnamanya. Tapi apakah ia layak menjadi bintang di langit warga Minang di Mesir dan Mahasiswa Indonesia lainnya. Apakah ia punya prestasi yang bisa dibanggakan? Apakah laki-laki seperti dirinya layak menikah dengan Azizah. Mungkin ia akan lansung ditolak. Ia bandingkan dirinya dengan teman-teman seangkatannya yang selalu sukses, abang-abang yang menurutnya lebih layak untuk melamar Azizah. Ia belum tamat S-1, sedangkan di tengah warga Minang di Mesir, begitu banyak mahasiswa-mahasiswa S2 yang lebih berkualitas belum menikah. Kenapa mereka tidak melamar Azizah? Apakah mereka tidak tahu gadis sekualitas Azizah, ataukah mereka belum ingin menikah, ataukah mereka belum punya kesiapan, berbagai pertanyaan berkelabat dalam pikirannya.

Tapi kekuatan ketentraman setelah istikharah terus mendorongnya untuk melangkah. Memberanikan diri.

"Ya Allah kuatkanlah hati ini. Jikalaupun nanti hamba ditolak, hamba sadar hamba bukanlah siapa-siapa. Kuatkanlah mental hamba ya Rabb. Hamba ikhlas dengan apapun yang akan terjadi. Hamba hanya mengharap ridha-Mu. Jika ia jodoh hamba, tak satupun makhluk-Mu yang bisa mencegah, jika ia bukan ditentukan untuk hamba, maka segala daya apapun hamba lakukan, hamba tidak akan bisa mendapatkannya."

Hari itu Faiz menemui ustadz Rahim di rumahnya, di kawasan Saqar Qurays. Beliau adalah salah seorang senior warga Minang di Mesir yang telah berkeluarga. Ia meminta tolong pada istri ustadz Rahim untuk menyampaikan lamarannya pada Nurul Azizah. Istri ustadz Rahim menyatakan kesediaannya.

***

"Bagaimana ukhti Azizah, ukhti menerima lamaran Faiz? Tanya Ni Faridah, istri ustadz Rahim setelah menceritakan tentang lamaran Faiz dan progil singkat Faiz.

"Azizah bagaimana menurut Ayah saja nanti, Uni. Insya Allah dalam dua hari ini Azizah akan menelpon pulang ke Indonesia. Jika ayah setuju, insya Allah Azizah akan menerima, jika Ayah belum setuju, semoga uda Faiz tidak berkecil hati." Jawab Azizah sambil mengembang senyumnya yang khas, yang mampu memikat siapapun yang melihatnya.

"Apakah Azizah sudah merasa mantap dengan da Faiz? Kan baru kenal dan belum pernah lihat orangnya? Ni Faridah mencoba menelusuri lubuk hati Azizah.

"Uni, siapapun yang datang melamar Azizah, selama agamanya baik dan akhlaknya bagus, itu sudah cukup bagi Azizah, tidak ada alasan untuk menolaknya, Azizah yakin tujuan da Faiz menikah untuk kebaikan, bukankah kebaikan itu harus didukung uni. Da Faiz tengah berikhtiar untuk kebaikan agamanya, namun jika taqdir berkata lain, jalan yang akan ditempuh terasa begitu sulit nantinya, dan tak ada lagi pintu jalan keluar yang bisa diketuk, berarti bukan jodoh uni". Jelas Azizah dengan tenang.

"Tentang kesiapan Azizah untuk menikah bagaimana?"

"Insya Allah Uni. Sejak tamat dari Aliyah hampir tiga tahun yang lalu Azizah sudah mulai menyiapkan diri untuk menjadi seorang istri, walau saat ini masih dalam proses, tapi insya Allah dengan berjalannya waktu, semua itu akan matang nantinya."

"Alhamdulillah, uni akan senantiasa mendoakan Azizah"

"Terima kasih uni, semoga Allah mengabulkannya"

"Amin"

***

Hati Faiz berbunga-bunga. Wajahnya tampak cerah. Ia merasakan kebahagiaan yang tak terlukiskan oleh sastrawan legendaris sekalipun. Azizah telah menyampaikan kesiapannya. Ayah dan ibunya pun telah menyetujui. Berulang kali ia sujud syukur. Faiz seolah tidak percaya, mahasiswa sederhana seperti dirinya akan menikah dengan seorang mahasiswi yang ternyata banyak diincar oleh mahasiswa-mahasiswa Minang. Secara diam-diam mereka berharap bisa menikah dengan Azizah. Tapi kini semua telah terlambat. Harapan mereka kini telah kandas. Impian mereka tak lagi berarti. Mereka telah kalah satu langkah cepat dan keberanian dari Faiz. Keberanian untuk menapaki kebaikan. Sebagian mereka cenderung menunda dan ragu untuk melangkah atau terlalu banyak pertimbangan dan basa-basi.

Kini, Faiz tengah menyiapkan hari bahagianya. Hari yang begitu indah. Hari disaat ia dipertemukan dengan bidadari impiannya dalam ikatan yang suci. Hari yang selalu didamba oleh pecinta suci. Hari yang agung. Hari yang tak terlupakan selama hidup.

Banyak pemuda yang harus menelan kecewa dan menyesali diri, tapi apa hendak dikata Allah sudah mengatur segalanya.

***

Ternyata tidak hanya Azizah yang berkualitas, masih banyak mahasiswi-mahasiswi Minang lainnya yang tak kalah kualitas, anggun dan pintarnya dari Azizah, bahkan melebihi Azizah. Ada Rahima, Zakiya, Najiya, dllnya. Azizah hanyalah salah satu dari bidadari-bidadari itu. Mereka memang tidak banyak dikenal di dunia luar. Tapi pesona dan keanggunan mereka selalu semerbak wanginya. Mereka umpama-umpama bidadari-bidadari yang bersembunyi di balik cadar-cadar. Ketika mereka telah halal, dan ketika cadar itu disingkap sungguh mereka bagai intan mutiara yang begitu tinggi nilainya. Subhanallah

Nah, siapakah pemuda beruntung berikutnya? Kita tunggu saja kisah pemuda pemberani selanjutnya ...^_^

***

Kisah diatas terinspirasi dari kisah nyata yang diceritakan seseorang. Semoga ada hikmah dan pelajaran yang bisa kita petik dari kisah diatas.

Untuk akhi Faiz-nama samaran- "Baarakallaahu laka wabaaraka `alaika wajama`a bainakumaa fiikhairin, aamiin."

Salam,

marif_assalman@yahoo.com


nikmatnya penjara militer itu

Sampai hari ini tidak pernah berhenti pemerintah Mesir dari memenjarakan kader dan tokoh-tokoh Ikhwan. Mereka mengalami penyiksaan yang tiada bandingannya. Penyiksaan yang sangat kejam, dan terus berlangsung, tanpa pernah berhenti. Rejim yang berkuasa di Mesir terus mengirimkan kader dan tokoh-tokoh Ikhwan ke penjara-penjara militer. Tujuannya yang berkuasa di Mesir, menginginkan agar Ikhwan berhenti menjalankan misi dakwahnya.
Berhentikah misi dakwah Ikhwan? Tidak pernah. Mereka terus mengajarkan dan mendidik masyarakat untuk memahami, menerima, menyakini, dan mengamalkan Islam. Hampir seluruh pemimpin Ikhwan, mereka paling sedikit pernah dipenjara selama 20 tahun. Tapi kehidupan itu dijalani dengan penuh kesabaran dan tawakal. Mereka tetap kokoh dengan cita-citanya. Tidak lantas mau menggadaikan keyakinan dan menukar dengan hanya setitik kenikmatan dunia, berupa kekuasaan.
Hasan Al-Banna, meninggal ditembak di jalan, dan ketika dibawa ke rumah sakit, tak ada dokter yang menolongnya. Saat dibawa ke kuburan tak diizinkan pengikutnya mengantarkan jenazahnya, kecuali keluarganya, anak dan isterinya. Selebihnya, penggantinya seperti Hasan Hudaibi, Umar Tilminasi, Hamid Abu Nashr, Mustafa Masyhur, Ma’mun Hudaibi, Mahdi Akif, dan sekarang Muhammad Badie, mereka yang terpilih sebagai Mursyid ‘Aam Ikhwan itu, pernah menjalani kehidupan di penjara dalam kurun waktu yang panjang.

Tak sedikit para tokoh Ikhwan itu, yang mengakhiri kehidupannya dengan keyakinan yang teguh, dan menerima dengan penuh keikhlasan, karena itu menjadi cita-cita tertinggi mereka, yaitu ‘al mautu fi sabilillah asma amanina’ (mati syahid adalah cita-cita tertinggi kami). Mereka telah membuktikan dengan tulus. Sayyid Qutb, di saat berada ditiang gantungan, sebelum hukuman itu, dilaksanakannya, dibisiki oleh pejabat Mesir, agar Qutb mau bersama-sama dengan Gamal Abdul Nasr, tapi orang kedua sesudah Hasan al-Banna, di bidang pemikiran itu, memilih digantung. “Aku tak akan pernah menukar keyakinanku dengan apapun”, ucapnya sebelum digantung.

Banyak tokoh Ikhwan, seperti al-Qardhawi, Sayyid Qutb, Yusuf Hawasy, Abdul Fatah Ismail, Muhammad Firgali, Yusuf Thala’at, Handawi Duwair, Ibrahim Thayib, Muhammad Abdul Latif, Ali Audah, dan lainnya, mereka bisa hidup dimanapun dengan penuh lapang. Tak ada yang syak atas janji Allah Azza Wa Jalla. Maka, mereka dapat menerima kondisi apapun yang mereka hadapi, termasuk pahitnya penjara militer Liman Turoh, yang penuh dengan kekajaman itu. Mereka dicambuki, diadu dengan anjing yang besar, digantung dengan hanya satu kaki, berbagai penyiksaan lainnya, tak membuat mereka bergeming dengan ‘ghoyah’ (tujuan) yang hendak mereka wujudkan, yaitu kehidupan akhirat yang penuh kemuliaan, dan mendapatkan ridho dari Allah Azza Wa Jalla.

Mengapa para kader dan tokoh-tokoh Ikhwan mampu tetap bertahan dalam kehidupan yang amat sulit itu? Tak lain, karena mereka telah menjadikan Al-Qur’an sebagai belahan hati, pelita cahaya dalam kesedihan mereka. Mereka tak pernah lepas dengan al-Qur’an. Hampir setiap kader dan tokoh Ikhwan telah menjadikan Al-Qur’an wirid harian mereka. Mereka selalu membaca al-Qur’an. Mereka menghafal al-Qur’an, mempelajari isinya, dan terus berusaha memahami artinya. Luar biasa. Tak ada sel yang sepi dari bacaan ayat-ayat al-Qur’an yang dilakukan para ikhwan di dalam sel. Mereka umumnya menguasai pembacaan al-Qur’an dengan baik, dan mengetahui hukum tajwid.
 
Mereka juga mendekatkan diri pada Allah dengan membuat halaqah al-Qur’an dan mengajarkan ilmu al-Qur’an yang mereka miliki. Maka, para kader dan tokoh Ikhwan, yang berada dipenjara, ketika pagi, sore dan malam, mirip suara lebah, dan menggetarkan hati. Al-Qur’an membimbing mereka menjadi pribadi yang tangguh dan kokoh, menghadapi segala cuaca dan badai kehidupan, dan tidak pernah bergeser, seincipun dari prinsip-prinsip (mabda’), yang menjadi dasar perjuangan mereka.
 
Sampai saatnya datang para penguasa itu, tidak suka melihat para Ikhwan yang ada dipenjara militer itu, bisa menikmati hidup dengan al-Qur’an. Bahagia bersama degan al-Qur’an. Seperti dikatakan Sayyid Qutb, yang pernah dipenjara di Liman Turoh, yang mengatakan, ‘Betapa nikmatnya hidup dibawah al-Qur’an’, ucapnya. Lalu, penguasa itu dengan geramnya, masuk ke sel-sel, dan memerintahkan para Ikhwan merampas semua mush’af al-Qur’an, kemudian mush’af al-Qur’an itu di kumpulkan dan bakar.`

Betapapun, mereka yang melihat dengan peristiwa itu, bertambah kuat keyakinannya, dan semakin semangat menegakkan cita-citanya, sampai hari ini, tanpa mau berkompromi dengan kebathilan,walau seincipun. Mereka tetap hidup dengan al-Qur'an dan Sunnahnya. Wallahu’alam. (mashadi/berbagai sumber)

dapet panggilannn!!!

hari ini,sekitar jam 15.25 aku dapet telfon dari kampus STIKES, aku diundang untuk dateng kesana hari senn besok jam 9...wah...jd deg2an nih,,,Ya Allah semoga ini jadi awal yang baik yah..^^
mamaaaa anterin yah besokk, nindi aja dianterin mamanya pas interview.hehe
bismillah....

Jumat, 19 Februari 2010

ketika adzan dilalaikan

Oleh Hidayatus




Kita sebagai umat muslim di Indonesia hendaknya bersyukur. Agama Islam di Indonesia merupakan agama mayoritas yang dianut oleh penduduk negeri ini. Dan sebagai negara yang jumlah penduduk muslimnya terbesar di dunia, panggilan adzan dari masjid-masjid merupakan suatu hal yang tidak asing lagi di telinga kita. Bisa dibayangkan ketika kita hidup di negara yang mayoritas penduduknya non muslim, panggilan adzan akan sangat jarang kita temukan, bahkan menjadi sesuatu hal yang langka.



Kalimat-kalimat adzan adalah di antara ungkapan yang paling sering dan paling banyak kita dengar setiap hari. Adalah hal yang sudah menjadi pengetahuan umum bagi seluruh umat Islam, bahwa kalimat-kalimat yang dilantunkan oleh seorang muazzin ketika adzan, berarti panggilan untuk segera bangkit dan bergerak serta meninggalkan segala macam aktifitas yang bersifat duniawi dan segera menghadap Allah dengan melaksanakan sholat.



Pernah suatu periode tertentu saya mengabaikan seruan adzan ini. Ketika adzan dikumandangkan dari masjid sebelah yang jaraknya tidak sampai 100 meter dari rumah, dalam pikiran terbersit, ah nanti saja, kan belum iqomah. Lagian masjidnya juga dekat. Akhirnya kebiasaan ini menjadi sesuatu hal yang biasa, ketika adzan dikumandangkan masih sibuk dengan aktivitas, setelah iqomah baru mengambil air wudhu. Dan sudah menjadi konsekuensi yang logis, saya tertinggal sholat berjamaah.



Seiring berjalannya waktu, saya semakin tidak memperhatikan adzan, sebuah panggilan sekaligus perintah Allah untuk meninggalkan segala aktivitas dan beranjak menunaikan sholat. Sholat berjamaah di masjid semakin lama menjadi semakin berat. Akhirnya ya saya sholat sendiri di rumah. Dan kebiasaan ini berlangsung sangat lama.



Panggilan azdan bagi saya waktu itu hanyalah pertanda, oh sudah waktunya sholat, tetapi ya tetap tidak segera beranjak untuk sholat. Istilahnya saya nyuekin panggilan azdan tersebut. Tetapi lama-kelamaan, karena saya mencuekin adzan ini, saya menjadi tidak merasa mendengar adzan lagi. Sewaktu adzan subuh datang, saya masih terlelap tidur. Seolah sengaja bagi Allah menghukum saya karena sebelumnya dipanggil untuk menunaikan sholat tidak segera beranjak. Tidak hanya sholat subuh saja, untuk sholat-sholat berikutnya, saya merasa seolah-olah panggilan adzan itu tidak ada lagi.



Akhirnya saya menyadari, ada sesuatu yang hilang dari diri saya. Semangat untuk beribadah kepada Allah tidak ada lagi. Dan ternyata diakibatkan oleh ketidakpedulian saya tadi terhadap panggilan mulia ini. Saya telah melalaikan sebuah panggilan surga.



Ketika saya kembali memperdulikan azdan. Begitu adzan dikumandangkan saya segera bergegas wudhu dan menuju masjid dengan semangat. Ternyata hal ini bisa mengembalikan semangat saya yang hilang. Hidup jadi lebih tenang. Waktu kembali tertata. Alhamdulillah.



Tidakkah kau ingat bahwa panggilan sholat lebih mulia dan utama dari dunia dan seluruh isinya?

warna-warni dunia

warna-warni dunia dalam bingkai-bingkai episodenya yang berlainan turut mewarnai nuansa hatiku
ada indah, gundah, risau, sedih, atau membuat hati ini menyesalkan itu
oh...dunia, betapapun indah rupamu
tetap akan berakhir dan terlewati
tetapi manisnya engkau tetap akan kusimpan tuk menjadi kenangan dalam hatiku
yang kapanpun kumau tetap akan bia kubuka kembali memori itu
tapi dalam sedang menikmati itu semua
kuharap itu tidak menjadikanku lupa
akan kampung halaman
negri akhirat baqa
kuharap jua tak mengecilkan sinar Tuhanku dihati ini