Cari Blog Ini

Kamis, 24 Februari 2011

Mengapa Kita Malu Mengungkapkannya?

"Apabila seseorang mencintai saudaranya, maka hendaklah ia mengatakan rasa cintanya kepadanya." (HR. Abu Dawud & Tirmidzi)
Dalam sebuah pertemuan dalam kajian tentang interaksi suami-istri, ditemukan sejumlah fakta (kata pembicara) : tidak sedikit (atau masih banyak) suami istri yang kurang ekspresif dalam menyatakan perasaannya kepada pasangannya.
Walaupun, setiap mereka, kalau ditanya apakah mereka mencintai pasangannya, jawabannya is absolutly yes!
Penyebab ketidakekspresifan tersebut adalah "malu". Bahkan tidak sedikit yang mengatakan, "Kenapa saya harus bilang pada pasangan saya? Enggak usah bilang juga pasti dia tau kok kalo saya mencintainya."
Dari banyak bacaan tentang komunikasi efektif, memahami perasaan pasangan, tentang bagaimana si Mars dan si Venus yang masing-masing berbeda dan bagaimana menyelaminya... ternyata jelas... istri itu ingin didengarkan isi hatinya, dan ingin mendengarkan isi hati pasangannya... dan katanya suami itu ingin dihargai, dan melindungi pasangannya...
Kebanyakan buku-buku yang menjadi referensi untuk masalah cinta dan permasalahannya (bagi suami-istri) penulisnya adalah orang barat yang nota bene (kebanyakan lho.. berarti tidak semua) non-muslim bahkan mungkin atheis.
Ilmu tersebut bisa jadi didapat dari pengalaman pribadi dia atau klien yang dia hadapi, juga berdasarkan penelitian yang dia lakukan bertahun-tahun... kemudian terbukti lalu mereka amalkan. Maka begitulah kita lihat bagaimana mereka begitu ekspresif dalam mengungkapkan rasa cinta mereka pada pasangannya, pada anak-anaknya...
Mereka bilang "i love you, darling, honey..."dalam percakapan harian mereka ketika mereka berinteraksi dengan orang-orang yang mereka cintai. Di manapun mereka berada.
Ya budaya, akhirnya kita mengenal hal tersebut adalah budaya mereka, budaya orang-orang barat...
Maka karena kita indonesianische yang berbudaya timur yang "kemalu-maluan" kita anggap hal tersebut tidak etis, tidak sopan.
Karena kita sudah menjadi "istri", "suami", "ayah", "ibu"... maka kita udah enggak pantes ngomong begitu... "kayak anak remaja saja"
Ya, coba aja kita liat para remaja yang berpacaran, mereka akan mengekspresikan cintanya pada pacarnya dengan "berhoney-honey" kalo menyapa pacarnya. Karena mereka pikir... itu kata ajaib yang bisa mengikat cinta mereka. Dan... gaya! Modern dong... jangan malu-malu... kuno!
Padahal, beribu-ribu tahun yang lalu Rasulullah saw telah mengatakan, kepada kita untuk ekspresif dalam mengungkapkan perasaan kita. Jika kita mencintai, menyayangi saudara kita, "...hendaklah ia mengatakan rasa cintanya kepadanya"
Dalam hadits lain:
"Dari Anas, seseorang berada di sisi Rasulullah SAW, lalu salah seorang sahabat melewatinya. Orang yang berada di sisi Rasulullah SAW tersebut mengatakan, "Aku mencintai dia ya RAsulullah", lalu NAbi bersabda, "Apakah kamu sudah memberitahukan dia? Orang itu menjawab: "Belum". Kemudian Rasulullah SAW menjawab, "Beritahukan kepadanya". Lalu orang tersebut memberitahukannya dan berkata: "Sesungguhnya aku mencintaimu karena Allah Kemudianorang yang dicintai itu menjawab: "Semoga Allah mencintaimu karena engkau mencintaiku karena-Nya". (HR Abu Dawud)
Kepada saudara saja kita disunnahkan untuk mengatakannya (sebagai salah satu cara untuk mempererat ruh dalam berukhuwwah), apalagi seorang suami/istri kepada pasangannya yang lebih dari "sekadar" saudara seiman.
Mengapa kita harus malu mengatakannya, sementara Rasulullah SAW memerintahkan kita untuk mengatakannya. Katakanlah hal tersebut sebagai hak pasangan kita. Tentu suami/istri akan merasa dirinya lebih bermakna jika kita memanggilnya dengan sayang... di manapun kita berada. Tidak ada larangan suami/istri menyapa dengan sebutan yang mesra di hadapan orang lain.
Orang yang hubungannya belum halal saja (berpacaran) berani... mengapa kita malu, padahal kita ungkapkan kepada suami/istri kita yang sudah halal. Jangankan bilang "sayang" lebih dari itupun malah jadi bernilai ibadah.
Kenapa harus malu menyapa sayang untuk suami/istri sendiri... Rasa malu itu harus muncul jika kita melakukan kemaksiyatan. Ungkapkanlah rasa sayang dan cinta dengan penuh rasa bangga... hal tersebut adalah salah satu ladang ibadah kita. Ladang ibadah suami kepada istrinya dan sebaliknya.
Ekspresi dalam mengungkapkan rasa cinta adalah budaya Islam. Perintah Allah dan RAsul-Nya.
Mencintai dan ingin dicintai adalah fitrah yang Allah berikan kepada hambaNya...
Jadi mengapa kita malu mengatakannya pada pasangan kita?
Wallahu a'lam bish shawwab

Suami dengan Tipikal Nabi

Dalam ta’lim bulanan di mesjid pada suatu hari, Pak Ustadz membahas masalah kewajiban dan hak seorang istri dalam rumah tangga. Beliau menyinggung ketika bagaimana suatu saat Nabi yang mulia pulang ke rumah (Siti Khodijah) kemalaman, dan Beliau tidak mengetuk pintu istri tercintanya, dengan alasan takut mengganggu.
Seketika saya langsung teringat, ketika suatu saat pasca melahirkan, saya baru tertidur hampir jam 11 malam. sementara suami belum pulang juga saat itu, sekitar jam 12 lewat bayi saya aha ehe minta mimi, saya lihat hp dengan tujuan hendak melihat jam, ternyata ada beberapa sms masuk yang isinya panjang lebar, ketika saya baca, diantaranya ;”....berarti nanti lagi, kita harus duplikat kunci, supaya kalau aa pulang malem, neng Geul ga usah bukain pintu,....sekarang sih ga apa aa tidur di luar, tapi barusan ada ronda lewat, takutnya kita disangka berantem......””
Membaca sms panjang, secara repleks, saya buka gordin untuk mengintip...dan masya Allah, suamiku tengah meringkuk di pinggir motor, dengan beralas jas hujan kalau tidak salah.
Saya bersyukur kepada Allah SWT dengan syukur yang tiada terhingga, ketika suatu saat mendengar seorang teman yang menceritakan suaminya tidak mau makan jika ia (teman saya) tidak memanaskan lauk pauknya terlebih dahulu, padahal suami teman saya itu pulang ke rumah lebih dahulu dari pada teman saya yang bekerja tersebut.
Saya bersyukur yang tiada terhingga, karena suami tercinta selalu membantu urusan rumah tangga setiap harinya. Dalam aktifitas di pagi hari, sementara saya sibuk menyiapkan sarapan dan makan siang untuk anak anak sambil menggendong bayi, suami saya turut serta terjun di dapur, bukan hanya sekedar berteriak; Bun, teh manis!!
Syukur yang tiada henti kepada Allah SWT yang telah memberikan suami yang akhlaq nya mendekati akhlaq nabi. Syukur tiada henti yang memberikan suami, yang didikannya hanya melalui sindiran halus saja, tidak melalui bentakan.Didikannya, hanya melalui kelemah lembutan, bukan kata kata kasar.
Pernah saya mendengar seorang umahat menceritakan suaminya yang berkomentar tentang dirinya, yang ”bagaimana penampilanku jika aku menggendong bayi dengan kain gendongan ya?”subhanallah, ternyata suami dendy seperti itu, ditengah kesibukan istrinya pun masih sempat berfikir seperti itu?
Saya selalu berfikir, berfikir, bahwa di dunia ini, hanya ada dua tipikal suami, sebagaimana halnya ada dua tipikal istri. Hanya pendapat lho. Ini bukan hasil riset yang kebenarannya absolut.
Tipikal suami yang pertama adalah, tipikal nabi, yang banyak toleransinya, sehingga tidak banyak menuntut terhadap istrinya, yang menyanbung tali sendalnya sendiri, yang menambal bajunya sendiri, yang membantu istrinya di dapur, memotong motong daging untuk istrinya.
Tipikal suami yang kedua adalah tipikal Ali bin Abi Tholib, seorang yang berani, tegas, andalan nabi dalam pertempuran, faqih dalam diennya karena dididik nabi dari kecil.
Tipikal suami yang pertama ini selalu berjodoh dengan tipikal istri Siti Aisyah, yang ceria, berani, luas ilmunya, memberi pengajaran kepada para shahabiyah, akan tetapi pencemburu.
Suami bertipikal Sayyidina Ali, sangat sepadan dengan istri yang mempunyai tipikal Siti Fatimah, yang lemah lembut, lagi agung, sangat sabar, karena selalu ditinggal Sayidina Ali berjihad, yang dengan sabar mengerjakan urusan rumah tangganya sendirian tanpa khodimat, yang suatu saat meminta kepada ayahandanya untuk diberikan khodimat, namun bukan khodimat yang didapat, tetapi nasihat berharga, yaitu nasihat untuk mengamalkan wirid yang dibacakan sebelum tidur.
Maha adil Allah yang memasang masangkan hambanya dengan benar, tiada salah, walaupun menikah dengan tiada proses pengenalan, penjajagan seperti keumuman orang banyak.
Maka, kepada teman temanku yang sedang menjalani proses penjajagan, atau ta’aruf, janganlah engkau mengulur ulur waktu menikah, jika engkau sudah ada calonnya, tsiqoh billah, karena Allah tidak akan salah dalam perencanaanya. Allah SWT lebih mengetahui kita, dari pada diri kita sendiri. Allah SWT lebih mengetahui yang terbaik untuk kita, dari pada diri kita sendiri.
Dia memberikan dan memasangkan kita dengan orang yang sekufu dengan kita. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat An-Nuur ayat 26;
”Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula).....”
Maha Suci Allah, yang kepada Nyalah hamba memohon ampun atas ketidak sempurnaan dalam pengabdian kepada suami, semoga Ia senantiasa mendidik hamba setiap saat. (Yuyu Latifah)

www.eramuslim.com

Ketika PAra Suami Melupakan Hal yang Satu Ini


“Aku sudah gak tahu lagi, rasa sedih sepertinya sudah lewat, hari ini mantan istriku menikah dengan eks kawan SD-nya, bayangin setelah gak ketemu selama 25 tahun lalu, mereka reuni gara-gara Facebook, hasilnya mereka berkencan, memadu kasih, dan akhirnya merencanakan hidup bersama, tanpa peduli bahwa mantan istriku sudah punya suami yang gantengnya kayak aku gini, wk wk wk... dan cerai akhirnya ku lemparkan dengan gembira pada istriku yang manis bermulut tipis,” demikian status yang panjang lebar di Facebook Andi membuat banyak kawan-kawannya geleng-geleng kepala.
Comment pun datang bergantian, ada yang bersimpati, menghujat ataupun nada bercanda tidak peduli. “Cari ajaa laggee..” demikian comment dari Sri Ningsih. “Dalam Islam ternyata istri yang selingkuh harus ditalak tiga, ya Ndi..?” comment dari Rita Rafida. “Selamat menempuh hidup baru sebagai duda,” comment dari mas Irvan geng duda miskin. Namun ada juga comment yang bersifat simpati seperti, “Innalillahi wa innailahi roji’un, kok sampai sebegituya yaa, sabar yaa mas, semoga mendapat ganti yang lebih baik,” komentarnya bu Imas.
Lalu, “sesungguhya lelaki yang baik akan mendapakan perempuan yang baik, lelaki yang jahat akan mendapat lelaki yang jahat, begitu janji Allah dalam Al qur’an surat An Nur ayat 30,” comment dari ustadz Iqbal, pesantren Darul Ihsan. “Tabah yaa...” dan banyak lagi ungkapan-ungkapan comment di Facebooknya Andi.
Hari-hari Andi yang masih nyeri, antara sakit karena dikhianati dan juga sakit karena harga dirinya sebagai lelaki seperti dinjak-injak dengan suksesnya, serta tidak diakui keberadaanya oleh sang istri maupun sang pacar istri.
Selama ini pernikahan mereka biasa-biasa saja, tak ada pertengkaran yang hebat yang mewarnai hari-hari mereka, tak ada bentakan ataupun KDRT dalam rumah tangga mereka yang manis dan harmonis.
Namun bila cinta datang tiba-tiba, dan setan pun memiliki pekerjaan yang paling besar yaitu menceraikan suami istri, maka dalam hal ini, Andi sebagai suami yang baik-baik saja, tidak mampu berkata apa-apa, dan masih terheran-heran kok bisa yaa istriku yang di rumah saja, dan yang selama ini manis-manis serta baik-baik saja, bisa bersikap khianat padaku.
Sebenarnya ada satu hal yang Andi lupa, bahwa istri yang baik-baik saja diam di rumah juga bukanlah berarti negara sudah aman. Seorang istri tetap memerlukan pujian, perhatian, keromantisan, dan juga sikap mengalah yang dapat membuat istri merasa tenang.
Diayomi dan dimanjakan, itulah yang dirasakan Rina, mantan istrinya Andi. Rina mendapatkan pujian yang menyanjung, perhatian dan tatapan yang dalam, juga sikap melindungi dari sang bekas teman SD nya itu, di mana hal-hal seperti itu sudah tidak pernah didapatkan lagi dari Andi, suami yang dinikahinya 10 tahun yang lalu dengan menghasilkan 2 anak.
Disamping Andi sebagai kepala keluarga haruslah memberikan masukan-masukan yang Islami, entah berupa pengajian atau membimbing istrinya untuk sholat malam, hal lain ternyata keruntuhan rumah tangga itu tidak hanya dari pihak suami saja, namun bisa datang dari pihak istri, dan untuk menjaga keutuhan rumah tangga itu harus dilakukan oleh kedua belah pihak dangan sungguh-sungguh dan dilakukan setiap hari tanpa henti.
Dan ada satu lagi yang sangat penting yang Andi sungguh lupa akan yang satu ini, yaitu menjaga diri dan keluarganya dari api neraka, dengan mengajak istrinya selalu beribadah serta juga memberikan hak istri untuk mendapatkan siraman rohani, bahkan ketika goncangan itu tiba, Andi pun tidak dapat berbuat apa-apa, karena Andi merasa telah memberikan apapun pada istrinya.
Bagi Andi pujian, keromantisan dan lain-lain sudah cukup diberikan, namun Andi sekali lagi lupa akan yang satu ini, memberikan bekalan pengajian atau mengikutsertakan istrinya dalam kajian rutin buat para muslimah. Ingatlah akan peringatan Allah,
Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. (QS. At-Tahriim [66] : 6)

Rabu, 02 Februari 2011

Cinta Karena Allah

Cinta itu adalah ketika timbul perasaan aneh disekujur tubuhmu baik ketika kau melihatnya, mendengarnya, ataupun ketika kau merasakan kehadirannya di dekatnya. Adakalanya kau selalu ingin dekat dengannya, namun yakinlah, bahwa jarak yang jauh terkadang justru mampu mendekatkan hati kalian. Dan juga sebaliknya, kedekatan tanpa ikatan pernikahan seringkali merenggangkan hati kalian.

Cinta itu tumbuh secara tak terduga. Terkadang kau berpikir bahwa kau LEBIH BAIK mencintai orang tersebut. Namun ketika HATImu menolaknya kau tak akan mampu berbuat apa-apa. Biarlah perlahan-lahan hatimu, bersama dengan masa yang akan menghapusnya dari pikiranmu.

Namun ketika HATImu membenarkan kau justru akan dibuat kebingungan karenanya. Kau justru akan berpikir ulang sebelum kau benar-benar yakin bahwa dialah cintamu yg sebenarnya.

Cinta karena Allah adalah ketika kau mengerti, tak hanya kelebihan dari orang itu yang kau lihat, namun juga MEMAHAMI dan MENERIMA kekurangan-kekurangan yang dimilikinya. Sungguh pun kau baru boleh mengatakan bahwa "aku mencintainya" setelah kau benar-benar mengenalnya dgn sebenar-benarnya, yaitu baik dan buruknya.


Cinta karena Allah itu tidak akan pernah sebatas pada penampilan dan kecantikan. Adakalanya kau akan lebih mencintai sebongkah arang hitam daripada sebutir intan yang berkilauan. Karena sesungguhnya kau sadar bahwa kau membutuhkan sebuah kehangatan yang mampu mengusir rasa dingin dari jiwamu. Lebih daripada sekedar keindahan yang ternyata membuatmu beku kedinginan.

Cinta karena Allah itu TIDAK akan tumbuh dari kecantikan seseorang. Namun KECANTIKAN seseorang justru akan tampak ketika kau mencintainya. Adalah bagaimana kau bisa mencintainya karena akhlak dan agamanya, bukan pada rupa, harta, ataupun nasabnya. karena dengan inilah kau bisa menepis kefakiran, kehinaan, ketidak bahagiaaan, dan kemudian menggantinya dengan kemuliaan yang diridhoi oleh Allah SWT.

Cinta karena Allah akan membuatmu merasa tidak perlu memiliki meskipun dalam hatimu kau sangat ingin. Adalah bagaimana kau bisa ikhlas ketika dia ternyata lebih mencintai orang lain dan bahkan kau pun bisa berdoa agar mereka bisa berbahagia.

Cinta karena Allah tidak akan menggiringmu pada jurang kemaksiatan. Ketika kau melihat dia dan mencintainya, hal itu akan membuatmu semakin berbenah diri, kau menjadi mampu melihat kekurangan-kekurangan dirimu untuk kemudian memperbaikinya.

Cinta Karena Allah tidak akan membuatmu berpikir sempit, justru kau akan berpikir lebih jauh ke depan, lebih matang, lebih dewasa, dan ke arah yang lebih serius…!! Kau tidak akan berpikir dan membayangkan apabila kalian sudah pacaran, namun kau sudah berpikir ke arah pernikahan. Karena kau sadar bahwa ia jauh lebih kokoh, suci, berarti dan bermakna di hadapan Allah daripada sekeedar pacaran.

Cinta karena Allah terkadang tak tumbuh dengan sendirinya. Kita seperti layaknya diberi biji untuk ditanam. Lalu ia tergantung pada bagaimana kita merawatnya. Jika kita baik, maka baik pulalah perasaan itu, dan juga sebaliknya. Terkadang pula bisa jadi ia tumbuh dengan sendirinya. Ada saat dimana kau terkadang ingin membunuh saja perasaan tersebut namun entah mengapa kau tak berdaya. Karena sebenarnya bukanlah kita yang menumbuhkan perasaan cinta tersebut, namun Rabb yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang lah yang berkehendak atas segala perasaan itu.


Cinta karena Allah Bukanlah tentang bagaimana kalian saling memandang, namun bagaimana tentang kalian melihat ke arah yang sama, dan berjalan ke arah yang sama. Kalian sadar bahwa kalian tidak akan mampu menghadapi perjalanan tersebut sendirian melainkan kau butuh seseorang untuk berjalan disisimu, yang saling membantu, saling meringankan, dan saling mengarahkan dalam perjalanan menggapai Ridha-Nya

Cinta karena Allah tidaklah selalu membutuhkan beragam kesamaan diantara kalian. Namun yang terpenting adalah kesamaan prinsip dan tujuan, yaitu menggapai ridha Allah SWT. dalam dirimu kau pun ingin agar kau merasa layak untuk mencintai dan dicintai olehnya.

Hukum Pacaran

Istilah pacaran itu sebenarnya bukan bahasa hukum, karena pengertian dan batasannya tidak sama buat setiap orang. Dan sangat mungkin berbeda dalam setiap budaya. Karena itu kami tidak akan menggunakan istilah `pacaran` dalam masalah ini, agar tidak salah konotasi.

Pacaran dapat diartikan bermacam-macam, tetapi intinya adalah jalinan cinta antara seorang remaja dengan lawan jenisnya. Praktik pacaran juga bermacam-macam, ada yang sekedar berkirim surat,telepon, menjemput, mengantar atau menemani pergi ke suatu tempat,apel, sampai ada yang layaknya pasangan suami istri.

Di kalangan remaja sekarang ini, pacaran menjadi identitas yang sangat dibanggakan. Biasanya seorang remaja akan bangga dan percaya diri jika sudah memiliki pacar. Sebaliknya remaja yang belum memiliki pacar dianggap kurang gaul. Karena itu, mencari pacar di kalangan remaja tidak saja menjadi kebutuhan biologis tetapi juga
menjadi kebutuhan sosiologis. Maka tidak heran, kalau sekarang mayoritas remaja sudah memiliki teman spesial yang disebut "pacar".

Lalu bagaimana pacaran dalam pandangan Islam???

Istilah pacaran sebenarnya tidak dikenal dalam Islam. Untuk istilah hubungan percintaan antara laki-laki dan perempuan pranikah, Islam mengenalkan istilah "khitbah (meminang". Ketika seorang laki-laki menyukai seorang perempuan, maka ia harus mengkhitbahnya dengan maksud akan menikahinya pada waktu dekat. Selama masa khitbah, keduanya harus menjaga agar jangan sampai melanggar aturan-aturan yang telah ditetapkan oleh Islam, seperti berduaan, memperbincangkan aurat, menyentuh, mencium, memandang dengan nafsu, dan melakukan selayaknya suami istri.

Ada perbedaan yang mencolok antara pacaran dengan khitbah. Pacaran tidak berkaitan dengan perencanaan pernikahan, sedangkan khitbah merupakan tahapan untuk menuju pernikahan. Persamaan keduanya merupakan hubungan percintaan antara dua insan berlainan jenis yang tidak dalam ikatan perkawinan.
Dari sisi persamaannya, sebenarnya hampir tidak ada perbedaan antara pacaran dan khitbah. Keduanya akan terkait dengan bagaimana orang mempraktikkannya. Jika selama masa khitbah, pergaulan antara laki-laki dan perempuan melanggar batas-batas yang telah ditentukan Islam, maka itu pun haram. Demikian juga pacaran, jika orang dalam berpacarannya melakukan hal-hal yang dilarang oleh Islam, maka hal itu haram.

Jika seseorang menyatakan cinta pada lawan jenisnya yang tidak dimaksudkan untuk menikahinya saat itu atau dalam waktu dekat, apakah hukumnya haram? Tentu tidak, karena rasa cinta adalah fitrah yang diberikan allah, sebagaimana dalam firman-Nya berikut:

Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikan itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir. (QS. Ar-Rum: 21)

Allah telah menjadikan rasa cinta dalam diri manusia baik pada laki-laki maupun perempuan. Dengan adanya rasa cinta, manusia bisa hidup berpasang-pasangan. Adanya pernikahan tentu harus didahului rasa cinta. Seandainya tidak ada cinta, pasti tidak ada orang yang mau membangun rumah tangga. Seperti halnya hewan, mereka memiliki instink seksualitas tetapi tidak memiliki rasa cinta, sehingga setiap kali bisa berganti pasangan. Hewan tidak membangun rumah tangga.

Menyatakan cinta sebagai kejujuran hati tidak bertentangan dengan syariat Islam. Karena tidak ada satu pun ayat atau hadis yang secara eksplisit atau implisit melarangnya. Islam hanya memberikan batasan-batasan antara yang boleh dan yang tidak boleh dalam hubungan laki-laki dan perempuan yang bukan suami istri.

Di antara batasan-batasan tersebut ialah:

1. Tidak melakukan perbuatan yang dapat mengarahkan kepada zina Allah SWT berfirman, "Dan janganlah kamu mendekati zina: sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk." (QS. Al-Isra: 32) Maksud ayat ini, janganlah kamu melakukan perbuatan-perbuatan yang bisa menjerumuskan kamu pada
perbuatan zina. Di antara perbuatan tersebut seperti berdua-duaan dengan lawan jenis ditempat yang sepi, bersentuhan termasuk bergandengan tangan, berciuman, dan lain sebagainya.

2. Tidak menyentuh perempuan yang bukan mahramnya Rasulullah SAW bersabda, "Lebih baik memegang besi yang panas daripada memegang atau meraba perempuan yang bukan istrinya (kalau ia tahu akan berat siksaannya). "

3. Tidak berduaan dengan lawan jenis yang bukan mahramnya Dilarang laki dan perempuan yang bukan mahramnya untuk berdua-duan. Nabi SAW bersabda, "Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir,maka jangan sekali-kali dia bersendirian dengan seorang perempuan yang tidak mahramnya, karena ketiganya adalah setan." (HR. Ahmad)

4. Harus menjaga mata atau pandangan Sebab mata kuncinya hati. Dan pandangan itu pengutus fitnah yang sering membawa kepada perbuatan zina. Oleh karena itu Allah
berfirman, "Katakanlah kepada laki-laki mukmin hendaklah mereka memalingkan pandangan (dari yang haram) dan menjaga kehormatan mereka.....Dan katakanlah kepada kaum wanita hendaklah mereka meredupkan mata mereka dari yang haram dan menjaga kehormatan mereka..." (QS. An-Nur: 30-31)
Yang dimaksudkan menundukkan pandangan yaitu menjaga pandangan, tidak melepaskan pandangan begitu saja apalagi memandangi lawan jenis penuh dengan gelora nafsu.

5. Menutup aurat
Diwajibkan kepada kaum wanita untuk menjaga aurat dan dilarang memakai pakaian yang mempertontonkan bentuk tubuhnya, kecuali untuk suaminya. Dalam hadis dikatakan bahwa wanita yang keluar rumah dengan berpakaian yang mempertontonkan lekuk tubuh, memakai minyak wangi yang baunya semerbak, memakai "make up" dan sebagainya setiap
langkahnya dikutuk oleh para Malaikat, dan setiap laki-laki yang memandangnya sama dengan berzina dengannya. Di hari kiamat nanti perempuan seperti itu tidak akan mencium baunya surga (apa lagi masuk surga)

Selagi batasan di atas tidak dilanggar, maka pacaran hukumnya boleh.
Tetapi persoalannya mungkinkah pacaran tanpa berpandang-pandanga n,
berpegangan, bercanda ria, berciuman, dan lain sebagainya. Kalau
mungkin silakan berpacaran, tetapi kalau tidak mungkin maka jangan
sekali-kali berpacaran karena azab yang pedih siap menanti Anda.

Syair Mahabbah



Teruntuk Seorang Ikhw@n Soleh... 
Ku tulis bait ini dalam rangkaian malamku yang panjang
KU unggkap getar ini dalam ragu yang tertahan...
Untukmu seorang ikhwan yang tak juga kunjung datang...
Aku bersama semua baktiku yang tertunda
Bersama sepotong cinta yang tak akan sempurna
Bila tidak juga kau ada...
Untuk calon suamiku yang tidak ku tahu ada dimana
Kelak bila kau datang izinkan bakti dan taatku melebur bersama senyummu..
Iznkan cinta dan kehormatanku terpatri kuat untuk menjaga kehormatanmu...
Untuk calon suamiku yang sedang berdakwah entah dimana
Ketahuilah...
Bahwa aku wanita asing bagimu
Nanti terangkanlah apa - apa yang tidak kumengerti darimu
Terangkanlah apa-apa yang tidak tersukai darimu
Agar istri solehah menjadi mahkota mendampingimu...
Untuk calon suamiku yang masih sibuk dalam kelelahanmu...
Ketahuilah bahwa aku selalu menunggumu..
Menunggu menjadi kendaraan yang nyaman buatmu..
Menjadi rumah yang lapang untukmu...
Menjadi penunjuk jalan yang lurus untukmu...
Menjadi penyejuk hatimu...
Dan Wahai engkau calon pengobat cintaku...
Bila nanti Allah rizkikan engkau untukku
Maka semoga aku juga menjadi rizki mulia untukmu...
Bersama menyempurnakan hati dalam Mahabah-Nya..
Menyemarakan dakwah dengan para Jundi - jundi Allah...
Aku bersama kesederhanaan yang terbalut takwamu...
Bersama menggapai perjuangan ini...
Yang karenamu Allah semakin sayang padaku...
Pada dakwahku...
Surat dari sang Arjuna
Aku ingin menjadi kapas
yang digenggam oleh mentari
membelai halus raut wajahmu
aku ingin menjadi guguran bunga
yang menari diterpa angin
bak kunang-kunang menghiasi malam
aku ingin menjadi permata
yang menghiasi jari manismu
setiap saat berkilau cemerlang
aku ingin menjadi awan
yang selalu tersenyum
ketika melihatmu bahagia 
~~
Terjagalah dari segala maksiat
Dari segala zina
Dan nafsu dunia yang sesat
Disatukan dalam karunia yang suci
Bersama jiwa - jiwa yang selalu haus akan ibadah dan penuh harga diri
Ini bukan cerita cinderella bukan juga patah arang cinta buta siti nurbaya
Tak dapat diukur, tapi bersama Allah semua pasti akan teratur
Dinyatakan dalam ketulusan dari mutiara ketakwaan yang sangat mendalam
Bersemi dari pupuk akhlak yang hebat
Berbuah dalam kesabaran dan ketekunan yang lebat
Tidak, ini tidak akan dimengerti oleh hati yang penuh dengan dusta
Yang buta oleh warna warni dunia yang fana
Ini hanya untuk mereka yang selalu ingin luruskan keteladanan bagi generasi berikutnya
Keteladanan abadi dalam harum kesturi dan buah ibadah
Dan menjadi manis seperti kurma di awal rembulan yang indah
Untuk selalu berjalan dalam kesetiaan dan harapan
Dan hanya mau mencium atas dasar kemurnian kita berkata cinta
Karena bukan apa, siapa dan bagaimana
Tapi luruskanlah dalam wangi syurga
Karena apa sebenarnya kita berani berkata cinta
..........................
Inilah cinta sejati
Cinta yang tak perlu kau tunggu
Tapi dia tumbuh bersama doa malam yang teduh
Tak tersentuh oleh mata dunia yang palsu
Petunjuk yang selalu datang dari ruang para malaikat
Yang sanggup melihat tak kenal pekat
Tak lekang oleh zaman yang kan terus melaju
Takkan habis oleh waktu
Karena kecantikannya tersimpan dihati
Dalam pesona yang selalu menjaga jiwa
Yang menjadikan dunia menjadi syurga sebelum syurga sebenarnya
Yang membuat hidup lebih hidup dari kehidupan sebenarnya
Seperti sungai yang mengalir
Bening airnya pun selalu artikan keseimbangan syair
Yang satukan dua perbedaan dalam satu ikatan
Untuk melihat kekurangan sebagai kesempatan
Dan kelebihan sebagai kekuatan
Lalu saling mengisi seperti matahari dan bulan
Dalam kesetiaan ruang keshalihan dan kasih sayang
Bagi sejarah penutup halaman terakhir perjalanan para ksatria sastra jihad dan dakwah
Tercatat dalam untaian rahmat berakhir dalam catatan terakhir yang mulia
Digariskan hanya oleh ketetapan allah subhanahu wata’ala
.................
Hingga rambut kita memutih...
Hingga ajal kan datang menjemput diri ini.. 
~~
Jika siang dan malam disatukan oleh hari
Sejuk terasa dalam dada
Hangat tergoda oleh rasa
Demikian dua insan penuh bahagia
Diikrarkan dalam bingkai cinta
Dituliskan dengan pena kasih sayang
Dibaca berdua, dijalani bersama
Tercatat dalam kamus bahagia
saat ijab kabul diucapkan
Dan kicau burung nan merdu bernyanyi
Pertanda mereka ikut berbahagia
Angin meniupkan dirinya dengan melodi syahdu
Daun pun merekah, menari teratur melambai-lambai
Menyambut sakralnya pesta pernikahan
Sementara raja dan ratu duduk di singgasana kasih
Sambil berbagi dalam doa
SEMOGA SEMUA ITU TERJADI ANTARA KITA WALLAHUA`LAM 
~~
Pernikahan atau Perkawinan
Membuka tabir rahasia
Suami yang akan menikahi kamu
Tidaklah semulia Muhammad saw
Tidaklah setaqwa Ibrahim as
Pun tidak setabah Ayub as
Atau segagah Musa as
Apalagi setampan Yusuf as
Justru suamimu hanyalah Pria akhir zaman
Yang punya cita-cita Membangun keturunan yang sholeh
Suami menjadi pelindung, Kamu penghuninya
Suami adalah nahkoda kapal, Kamu navigatornya
Suami bagaikan balita yang nakal, Kamu adalah penuntun kenakalannya
Saat suami menjadi raja, Kamu menikmati anggur singgasananya,
Ketika suami menjadi bisa Kamulah penawar obatnya
Seandainya suami masinis yang Lancang, Sabarlah memperingatinya
Pernikahan atau perkawinan mengajar
Kita perlu iman dan taqwa
Untuk mengajar meneliti sabar dan ridha Allah swt
karena memiliki suami Yang tak segagah mana, justru kamu
Akan tersentak alpa
Kamu bukanlah Khadijah yang begitu sempurna didalam menjaga,
Pun bukanlah Hajar yang begitu setia dalam sengsara
Cuma wanita akhir zaman
Yang berusaha menjadi shalehah….
Amien.
untukmu wanita pilihanku